Gaza – Simbol Popularitas dan Legitimasi Hamas
SymNews,Kerumunan besar warga Palestina yang menghadiri pembebasan tawanan menggambarkan “popularitas dan legitimasi” Hamas, menurut Mohamad Elmasry, profesor di Institut Studi Pascasarjana Doha. “Tentu Hamas berusaha mengirim pesan kekuatan dan keyakinan kepada berbagai pihak, tidak hanya warga Palestina di Gaza, tetapi juga negara-negara Arab lainnya, mediator, dan mereka yang mungkin memiliki pengaruh di Gaza pascaperang,” kata Elmasry kepada Al Jazeera. “Pesan ini mungkin secara halus, atau bahkan tidak terlalu halus, ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat Israel,” lanjutnya.
Elmasry menegaskan, “Ini adalah upaya untuk mempermalukan pemerintah Netanyahu. Kita harus ingat bahwa Netanyahu sebelumnya dengan yakin menyatakan akan menghancurkan Hamas sepenuhnya, baik secara militer maupun sebagai badan pemerintahan, bahkan mengatakan bahwa mereka hampir mencapainya.”
Tanggapan Hamas dan Pesan untuk Israel
Hamas tampaknya ingin menunjukkan bahwa klaim Netanyahu salah, dan bahwa pesan itu jelas diterima di dalam Israel. Di Gaza, suasana setelah pembebasan para tahanan Palestina merupakan campuran antara kegembiraan dan refleksi. Keluarga-keluarga merayakan kepulangan orang-orang tercinta mereka dengan pertemuan emosional. Namun, suasana ini tidak lepas dari ketegangan, setelah Israel menunda pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, menyusul gambar-gambar yang memperlihatkan kerumunan merayakan penyerahan tawanan Israel di Khan Younis. Gambar-gambar tersebut memicu kecaman besar dari pejabat rezim Israel.
Di Gaza, keluarga-keluarga berharap lebih banyak tahanan Palestina akan dibebaskan dalam waktu dekat sebagai bagian dari pertukaran tawanan. Namun untuk saat ini, mereka lebih fokus merayakan kembalinya orang-orang yang telah lama terkurung di penjara-penjara Israel.
Tanggapan dari Keluarga Tahanan Israel
Sementara itu, beberapa warga Israel yang memiliki anggota keluarga yang ditawan di Gaza mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap upaya pemerintah Israel dalam menggagalkan kesepakatan gencatan senjata. Yehuda Cohen, seorang kritikus vokal terhadap pemerintah Israel yang putranya, Nimrod, seorang tentara, ditawan sejak 7 Oktober, menyatakan kepada majalah +972 bahwa “Israel tidak hanya melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza, tetapi juga terhadap tentara Israel.”
Cohen melanjutkan, “Pada tingkat paling dasar, saya ingin semua sandera dikembalikan. Tetapi jika kita memperluas pandangan ini, kita harus melihatnya sebagai upaya mengakhiri perang dan mencari solusi yang lebih stabil dan permanen dengan warga Palestina.”
Kematian yang Menghantui
Shachar Mor, seorang warga Israel lainnya, menyalahkan Netanyahu atas kematian pamannya, Avraham Munder, yang meninggal setelah 132 hari ditahan. “Dia hampir tidak bisa bergerak, berjalan dengan tongkat, hingga akhirnya pesawat Israel, yang membawa bom Amerika, menjatuhkan bom tersebut,” ungkap Mor. “Gagalnya kesepakatan tahun lalu berakibat fatal bagi paman saya dan banyak orang lain,” tambahnya.