https://frenchysymphony.com/ KYIV – Pasukan Ukraina dilaporkan telah menangkap dua personel militer China yang sedang bertempur di pihak Rusia di wilayah Donetsk. Insiden ini memicu kekhawatiran di Amerika Serikat (AS), yang merupakan pendukung utama Kyiv, terkait potensi keterlibatan Beijing dalam konflik Moskow-Kyiv.
Tuduhan Zelensky Terhadap Keterlibatan China
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menanggapi penangkapan kedua tentara tersebut dengan menuduh bahwa China telah bergabung dalam upaya perang Rusia. Melalui unggahan video di media sosial pada Selasa (9/4/2025), Zelensky memperlihatkan kedua individu tersebut. “Ini terjadi di teritori Ukraina—di wilayah Donetsk,” ujarnya, dikutip dari AFP, Rabu (9/4/2025).
Video tersebut menampilkan seorang pria berseragam militer dengan tangan terikat, menirukan suara pertempuran, dan mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Mandarin saat diwawancarai oleh seorang pejabat Ukraina yang tidak terlihat. Terdengar pula ia mengucapkan kata “komandan”. Dalam beberapa tahun terakhir, Moskow dan Beijing membanggakan kemitraan “tanpa batas” mereka dan mempererat kerja sama di bidang politik, militer, dan ekonomi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Reaksi dan Kekhawatiran AS
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyampaikan kepada wartawan bahwa penangkapan tentara China adalah “sangat mengganggu”. “China adalah pendukung utama Rusia dalam perang di Ukraina. China menyediakan hampir 80 persen barang serbaguna yang dibutuhkan Rusia untuk mempertahankan perang,” katanya. “Kerja sama berkelanjutan antara kedua kekuatan nuklir ini hanya akan semakin berkontribusi pada ketidakstabilan global dan membuat Amerika Serikat serta negara-negara lain menjadi kurang aman, kurang terlindungi, dan kurang sejahtera,” tegasnya.
Sejak pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, AS telah menuduh China mengirimkan barang-barang dengan fungsi ganda ke Rusia, yang berpotensi digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.
Sikap Resmi China dan Dugaan Rekrutmen
Meskipun memuji hubungannya dengan Rusia, China secara terbuka menjaga jarak dari dukungan langsung terhadap perang Moskow di Ukraina. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyerukan prioritas upaya melawan China dan berupaya untuk merundingkan pengakhiran invasi Rusia ke Ukraina.
Seorang pejabat senior Ukraina menyampaikan kepada AFP bahwa para tahanan tersebut kemungkinan adalah warga negara China yang dibujuk untuk menandatangani kontrak dengan militer Rusia, dan bukan dikirim secara resmi oleh pemerintah Beijing. “Mereka ditangkap beberapa hari yang lalu,” ungkap sumber tersebut, sambil menambahkan kemungkinan ada lebih banyak individu serupa. “Belum ada kejelasan sepenuhnya. Setelah mereka diserahkan kepada SBU (dinas keamanan Ukraina) dan setidaknya diinterogasi, kita akan memahami situasinya,” lanjut sumber itu. Sumber tersebut juga mengirimkan gambar kartu identitas yang dikaitkan dengan salah satu tahanan, yang menunjukkan tanggal lahir 4 Juni 1991 dan identitas etnis Han—kelompok etnis mayoritas di China.
Respons Ukraina dan Permintaan Penjelasan
Belum ada tanggapan langsung dari Moskow atau Beijing terkait klaim ini. Namun, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiga, melalui media sosial menyatakan bahwa kuasa usaha China telah dipanggil untuk memberikan klarifikasi. “Warga negara China yang bertempur sebagai bagian dari pasukan invasi Rusia di Ukraina mempertanyakan posisi China yang menyatakan perdamaian dan merusak kredibilitas Beijing sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang bertanggung jawab,” tulis Sybiga.
China sendiri menampilkan diri sebagai pihak netral dalam konflik tersebut dan menyatakan tidak mengirimkan bantuan mematikan kepada kedua belah pihak, berbeda dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
Implikasi dan Seruan Zelensky
Meskipun demikian, China merupakan sekutu dekat Rusia dalam hal politik dan ekonomi, dan anggota NATO telah melabeli China sebagai “pendukung yang menentukan” invasi Moskow, yang tidak pernah dikutuk oleh Beijing. Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah mendorong agar perang segera diakhiri sejak menjabat, namun pemerintahannya belum berhasil mencapai terobosan.
Kyiv telah berulang kali mendesak Beijing untuk menekan Moskow agar menghentikan invasinya, yang telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa. Zelensky menyatakan bahwa Kyiv memiliki bukti bahwa “lebih banyak warga negara China” bertempur bersama pasukan Rusia dan ia telah menginstruksikan menteri luar negerinya untuk mencari tahu bagaimana China akan merespons situasi ini. Ia menilai penangkapan kedua pria tersebut dan keterlibatan Moskow dengan China dalam konflik ini merupakan “sinyal yang jelas bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan apa pun kecuali mengakhiri perang”.
Zelensky juga menuntut reaksi dari Amerika Serikat, Eropa, dan seluruh dunia yang menginginkan perdamaian melalui unggahannya di media sosial. “Saya pikir Amerika Serikat harus lebih memperhatikan apa yang terjadi hari ini,” katanya secara terpisah dalam konferensi pers di Kyiv.
Perang di Ukraina, yang kini memasuki tahun keempat, telah menarik ribuan milisi asing dari kedua belah pihak. Ukraina sebelumnya telah mendesak mitra-mitra Baratnya untuk menanggapi pengerahan ribuan tentara Korea Utara oleh Rusia ke wilayah barat Kursk. Ukraina sendiri tengah berjuang untuk mempertahankan wilayah setelah melancarkan serangan di wilayah perbatasan pada tahun lalu. “Korea Utara berperang melawan kita di wilayah Kursk, China berperang di wilayah Ukraina. Dan saya pikir ini adalah poin penting yang perlu kita bahas dengan mitra-mitra kita, saya pikir ini mendesak,” pungkas Zelensky dalam konferensi pers tersebut.