https://frenchysymphony.com/ GAZA – Kelompok Hamas memberikan tanggapan terkait kobaran api besar yang meluluhlantakkan kawasan hutan di sentral Israel, dekat Yerusalem, sejak Rabu lalu.
Organisasi perlawanan Palestina tersebut tidak menampik potensi penggunaan metode pembakaran dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Israel. Kendati demikian, mereka membantah keterlibatan dalam insiden kebakaran hutan terparah dalam catatan sejarah Israel itu.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada hari Kamis penangkapan 18 individu yang dicurigai melakukan pembakaran di tengah amukan si jago merah. Api tersebut telah merambah lebih dari 5.000 acre di kaki bukit Yerusalem dalam dua hari terakhir. Akan tetapi, jumlah tersangka ini dibantah oleh sumber kepolisian Israel yang menyatakan hanya tiga orang yang diamankan atas percobaan pembakaran di lokasi terpisah dan tidak berkaitan dengan kebakaran di dekat Yerusalem. Salah seorang dari mereka yang ditahan adalah penduduk kawasan Umm Tuba di Yerusalem Timur, yang menurut Kepolisian Israel tertangkap tangan membawa korek api, kapas, dan material mudah terbakar lainnya. Tahanan lainnya berasal dari kawasan Issawiya di Yerusalem Timur, yang diduga kuat melakukan penghasutan tindakan pembakaran melalui daring. Penangkapan ini terjadi di tengah seruan dari sejumlah akun media sosial Palestina untuk membakar aset Israel di tengah operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang sedang berjalan di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Namun, Basem Naim, seorang juru bicara sekaligus anggota Biro Politik Hamas, menyatakan keraguannya terhadap klaim pemerintah Israel dan menyangkal keterlibatan langsung Hamas dalam kebakaran tersebut.
“Kami tidak mengetahui identitas para tahanan, dan kami juga tidak mengetahui aktivitas ini sebelumnya,” ujar Naim kepada Newsweek, Jumat (2/5/2025). “Kami meragukan narasi pihak pendudukan karena kami terbiasa dengan kebohongan mereka dan upaya mereka menghindari tanggung jawab politik serta hukum atas kegagalan mereka, dengan menyalahkan pihak lain. Saya tidak yakin ada tahanan yang memiliki kaitan dengan Hamas,” jelasnya. Ketika ditanya apakah Hamas akan mendukung aksi pembakaran di Israel, Naim menyatakan: “Melawan pendudukan dengan segala cara dan metode, termasuk perlawanan bersenjata, adalah hak sah rakyat yang berada di bawah pendudukan, dan kami menyerukan serta mendorong hal ini.” Kebakaran hutan terburuk dalam sejarah Israel ini terjadi di tengah konflik terlama dan paling mematikan antara Israel dan Hamas hingga saat ini. Perang ini bermula ketika Hamas memimpin serangan mendadak berskala besar dari Gaza pada 7 Oktober 2023, yang memicu meluasnya peperangan ke berbagai front di Timur Tengah seiring dengan keterlibatan “Kelompok Poros Perlawanan” yang berpihak pada Iran. Sekitar 1.200 jiwa, mayoritas warga sipil, tewas dalam serangan awal yang dipimpin oleh Hamas, berdasarkan data Israel. Sejak saat itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencatat jumlah personel militer yang gugur selama perang sebanyak 408 orang. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan lebih dari 52.400 kematian, tanpa memilah antara kombatan dan non-kombatan. Lebih dari 4.000 kematian akibat serangan Israel tercatat oleh Kementerian Kesehatan Lebanon, bersama dengan ratusan lainnya yang tewas di Suriah, menurut laporan media, organisasi pemantau, dan sumber resmi di sana. Israel dan Hamas kerap saling menuduh melakukan kejahatan perang selama konflik, termasuk menargetkan warga sipil dan infrastruktur yang dilindungi oleh hukum internasional. Sementara perdebatan mengenai penerapan hukum perang terhadap tindakan pembakaran terus bergulir—terutama dalam konteks perlawanan terhadap pendudukan—tindakan tersebut secara umum dianggap terlarang berdasarkan hukum humaniter internasional apabila secara sengaja menyasar warga sipil atau properti sipil, bukan target militer yang sah.
Pejabat Israel belum secara resmi menetapkan penyebab spesifik dari kebakaran hebat tersebut, yang telah mengakibatkan evakuasi sejumlah komunitas dan penutupan jalan utama yang menghubungkan Yerusalem dan Tel Aviv. Setidaknya 22 orang mengalami luka-luka, menurut keterangan layanan ambulans Magen David Adom Israel. Petugas pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan api hingga Kamis, sementara perayaan Hari Pendirian ke-77 Israel digelar dengan suasana yang lebih tenang. IDF menyatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa mereka terus beroperasi bersama Kepolisian Israel dalam upaya memadamkan kebakaran di berbagai lokasi. Kontribusi tersebut meliputi pengerahan personel dari Brigade Pencarian dan Penyelamatan IDF serta brigade pemadam kebakaran cadangan Komando Front Dalam Negeri untuk membantu upaya pemadaman, serta anggota Unit Intelijen 9900 untuk melakukan penerbangan pengintaian di atas area terdampak. Direktorat Teknologi dan Logistik IDF memberikan dukungan tambahan, termasuk melalui penyediaan peralatan teknik berat dan truk tangki air. Sementara itu, Angkatan Udara Israel memberikan bantuan berkelanjutan melalui unit pemadam kebakarannya yang beroperasi bersama peralatan pemadam kebakaran udara khusus dari unit elite. Meskipun penyebab resmi kebakaran belum teridentifikasi, sejumlah tokoh terkemuka di Israel telah memberikan pandangannya terkait isu ini. Netanyahu pada hari Kamis berbicara tentang “bencana alam dan bencana buatan manusia”, menuduh warga Palestina memicu api, jika tidak secara langsung menyulutnya. “Tetangga kita yang mengaku mencintai tanah ini siap dengan propaganda mereka, dengan hasutan mereka di jaringan Palestina, untuk membicarakan pembakaran tanah,” ujar Netanyahu.
“Kami mencintai tanah ini. Kami melindungi tanah ini!” tegasnya. Ketika dimintai tanggapan mengenai kemungkinan afiliasi tersangka pembakaran dengan faksi Palestina, IDF mengarahkan media ke Badan Keamanan Israel, yang juga dikenal sebagai Shin Bet. Seorang pejabat keamanan senior Israel menyampaikan kepada Newsweek: “IDF tetap sepenuhnya siap menghadapi ancaman apa pun di semua lini, dengan misi yang tak tergoyahkan untuk melindungi warga Israel.”