https://frenchysymphony.com/ Mantan perwira intelijen Korps Marinir Amerika Serikat (AS) dan inspektur senjata PBB, Scott Ritter, menyatakan bahwa Ukraina kemungkinan besar mendapat bantuan dari Barat jika benar-benar menargetkan helikopter yang membawa Presiden Rusia Vladimir Putin. Pernyataan ini disampaikan Ritter kepada RT setelah Komandan divisi pertahanan udara Rusia, Yury Dashkin, mengungkapkan insiden tersebut kepada saluran Russia 1.
Dashkin melaporkan bahwa helikopter Putin “terperangkap” di tengah serangan pesawat nirawak Ukraina yang masif saat kunjungan ke Wilayah Kursk pada 20 Mei. Menurutnya, intensitas serangan udara meningkat signifikan saat presiden berada di udara, dengan 46 UAV sayap tetap ditembak jatuh di area tersebut.
Implikasi Serangan dan Peringatan Nuklir
Dalam wawancara dengan RT pada Rabu, Ritter menekankan, “Jika pesawat nirawak Ukraina benar-benar menargetkan presiden Rusia, mereka tidak melakukannya tanpa alasan… pasti ada bantuan yang diberikan oleh Barat, yang berarti Barat menargetkan presiden Rusia.”
Ritter memperingatkan bahwa tindakan semacam itu memiliki konsekuensi serius berdasarkan doktrin nuklir Rusia. “Jika Anda membaca doktrin nuklir Rusia, ini adalah pemicu pembalasan nuklir Rusia atau serangan pendahuluan. Jadi, siapa yang bermain api di sini? Bukan Vladimir Putin yang bermain api. Ukraina dan Barat yang bermain api,” tegasnya.
Pernyataan Ritter ini merujuk pada komentar Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya mengklaim bahwa Putin “bermain api” menyusul serangan besar-besaran Rusia terhadap infrastruktur militer Ukraina. Moskow menyatakan serangan tersebut sebagai pembalasan atas meningkatnya serangan pesawat nirawak Kiev terhadap sasaran sipil di dalam Rusia.
Peningkatan Serangan Drone dan Potensi Perpecahan di AS
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa lebih dari 2.300 UAV Ukraina telah dicegat selama sepekan terakhir di atas wilayah Rusia, sebagian besar jauh dari garis depan.
Ritter juga menyuarakan keprihatinan tentang potensi perpecahan dalam pemerintahan AS antara mereka yang menentang Rusia dan mereka yang mendukung peningkatan hubungan dengan Moskow. Namun, ia menambahkan, “Namun pada saat yang sama, perwakilan dari kedua kubu dan Trump sendiri bukanlah pakar Rusia.”
“Presiden AS pada dasarnya adalah korban dari kata-kata terakhir yang dibisikkan ke telinganya sebelum ia tidur di malam hari atau kata-kata pertama yang dibisikkan ke telinganya saat ia bangun di pagi hari… Trump tidak memiliki informasi yang cukup (tentang Rusia). Lihat, ini adalah situasi yang sangat berbahaya,” Ritter memperingatkan