Disurati Trump dengan Ancaman Aksi Militer, Ini Respons Ayatollah Khamenei

https://frenchysymphony.com/ TEHERAN – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan respons terhadap surat yang berisi ancaman aksi militer dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Khamenei menggambarkan isi surat tersebut sebagai bentuk perundungan atau penindasan. “Beberapa pemerintahan yang gemar menindas—saya sungguh tidak tahu kata yang lebih tepat selain perundungan—terus mendesak untuk melakukan negosiasi,” kata Khamenei kepada para pejabat di Teheran, setelah Trump mengancam akan mengambil langkah militer jika Iran menolak untuk berunding terkait program nuklirnya. “Negosiasi mereka bukan untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk mendominasi,” tambah Khamenei.

Pada hari Jumat, Trump mengungkapkan bahwa dia telah mengirimkan surat kepada pemimpin tertinggi Iran, mendesak adanya perundingan baru mengenai program nuklir negara itu, namun memperingatkan kemungkinan tindakan militer jika Iran menolak. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa hingga Sabtu, Teheran belum menerima surat apapun dari Presiden AS tersebut. “Kami sudah mendengar tentang surat itu, tetapi hingga kini belum ada yang diterima,” kata Araghchi pada televisi pemerintah.

Khamenei menuding negara-negara yang dianggap sebagai penindas sengaja menetapkan syarat baru yang mereka anggap tidak akan dipenuhi oleh Iran. “Mereka menetapkan harapan baru yang mereka rasa pasti tidak akan dipenuhi oleh Iran,” ujarnya, tanpa menyebutkan nama Amerika Serikat atau merujuk langsung pada pernyataan Trump. Araghchi juga menegaskan pada hari Jumat bahwa Iran tidak akan bernegosiasi di bawah “tekanan maksimum”.

Kebijakan tersebut, yang diberlakukan kembali oleh Trump setelah menjabat pada Januari, telah menghidupkan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran setelah dia membatalkan perjanjian nuklir yang dikenal dengan nama Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Perjanjian tersebut, yang dicapai antara Teheran dan negara-negara besar pada 2015, memberikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan aktivitas nuklir Iran. Iran dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan diplomasi dengan tiga negara Eropa yang merupakan pihak dalam kesepakatan tersebut—Inggris, Prancis, dan Jerman—untuk menyelesaikan isu-isu terkait ambisi nuklirnya. Namun pada Sabtu, Khamenei mengecam ketiga negara tersebut karena menyatakan bahwa Iran belum memenuhi komitmennya dalam JCPOA. “Kalian mengatakan Iran belum memenuhi komitmennya dalam JCPOA. Oke, apakah kalian sudah memenuhi komitmen kalian?” tanyanya.

Fatwa Haram Senjata Nuklir

Khamenei mengingatkan bahwa Teheran telah mematuhi ketentuan JCPOA selama setahun penuh setelah Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018, sebelum akhirnya mulai menarik komitmennya. “Tidak ada jalan lain,” tambahnya, merujuk pada undang-undang yang disahkan oleh Parlemen Iran. Sejak itu, Iran telah meningkatkan pengayaan uraniumnya secara signifikan, melampaui batas yang ditetapkan dalam JCPOA. Para pejabat AS kini memperkirakan bahwa Iran bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu beberapa minggu jika memilih untuk melakukannya. Namun, Teheran secara konsisten membantah bahwa mereka sedang mengejar pengembangan senjata nuklir dan menekankan bahwa program nuklir mereka bersifat damai.

Para pejabat Iran selalu mengutip fatwa agama yang dikeluarkan oleh Khamenei yang melarang pengembangan senjata nuklir. Bulan lalu, Khamenei kembali menegaskan penolakannya terhadap negosiasi dengan Amerika Serikat, menyebutkan bahwa gagasan tersebut adalah “tidak bijaksana” setelah Trump menyerukan adanya kesepakatan nuklir baru. Khamenei menuduh Washington telah “merusak, melanggar, dan mencabik-cabik” perjanjian tahun 2015. Pada tahun 2019, lebih dari setahun setelah Trump menarik diri dari JCPOA, Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, mengunjungi Iran dalam upaya untuk menengahi. Namun, Khamenei dengan tegas menolak kemungkinan perundingan dengan Washington, menyatakan bahwa dia “tidak menganggap Trump sebagai orang yang layak untuk bertukar pesan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *