Generasi Z Nepal Bangga Gulingkan Pemerintah Korup Meskipun Ditembaki

Aksi Mahasiswa yang Memicu Perubahan Besar

https://frenchysymphony.com/ Kathmandu – Suara tembakan menggema di depan gedung parlemen Nepal ketika Aditya Rawal, seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berdiri bersama ratusan demonstran muda dari Generasi Z. Di hadapannya, 14 orang rebah berlumuran darah, termasuk teman kuliahnya sendiri.

Rawal yang mencoba menolong dengan tangan terangkat pun tertembak. “Saya pikir kalau tangan diangkat, mereka tidak akan menembak. Tapi ternyata saya justru jadi sasaran,” katanya dari tempat tidurnya di Rumah Sakit Layanan Sipil, Kathmandu.

Ledakan Amarah Generasi Muda Nepal

Aksi protes yang dimulai pada 8 September itu bermula dari penolakan atas rencana pemerintah melarang media sosial. Namun dalam waktu singkat, aksi damai tersebut berubah menjadi gelombang kemarahan yang meluas, dipicu oleh krisis ekonomi dan tuduhan korupsi dalam pemerintahan.

“Selama ini demonstrasi dilakukan oleh orang-orang tua, tapi saat anak-anak muda turun, mereka malah dihadapi dengan senjata,” ujar Rawal, yang kini juga bekerja sebagai pemasar digital.

Tumbangnya Pemerintahan Sharma Oli

Pada 9 September, aksi protes semakin membesar. Massa membakar gedung parlemen dan sejumlah bangunan pemerintahan. Pemerintah tak mampu menahan tekanan. Akhirnya, Perdana Menteri Sharma Oli mengundurkan diri. Militer turun tangan untuk mengendalikan situasi, dalam kekacauan paling parah sejak berakhirnya perang saudara dan penghapusan monarki tahun 2008.

Korban Berjatuhan, Semangat Tak Padam

Rumah Sakit Layanan Sipil menerima ratusan korban luka – total 458 orang dirawat, dengan enam di antaranya meninggal dunia. Empat korban tewas berusia di bawah 30 tahun, bukti bahwa inilah gerakan yang digerakkan oleh kaum muda.

Perawat Usha Khanal (36) menggambarkan kekacauan saat merawat korban. “Gas air mata bahkan masuk ke rumah sakit. Sarung tangan saya penuh darah,” katanya.

Rawal sendiri masih terbaring dengan luka tembak di kaki, perut, dan lengan. Meski begitu, dia tidak gentar. “Kalau tidak ada perubahan, kami akan turun lagi. Kami ingin pemerintahan bersih, jujur, dan bebas dari otoritarianisme.”

Nepal dan Krisis Anak Muda

Nepal menghadapi krisis pemuda yang serius. Data Bank Dunia menunjukkan satu dari lima warga usia 15–24 tahun menganggur. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita hanya sekitar USD 1.447 di negara berpenduduk 30 juta jiwa itu.

Sepupu Rawal, Puja Kunwar (20), yang setia mendampinginya di rumah sakit, mengatakan, “Tindakan dia untuk negara kita. Itu membuat saya berani.”

Generasi Z yang Menggulingkan Kekuasaan

Di ruangan yang sama, Subash Dhakal (19), demonstran lain yang tertembak di lutut, diperkirakan harus dirawat selama enam bulan. Namun semangatnya tak goyah.

“Korban luka dan yang meninggal tidak boleh sia-sia,” katanya. “Pemerintah lama telah tumbang, dan kini kita punya pemerintahan baru. Kami tidak mau kembali ke masa lalu yang korup.”

Ibunya, Bhawani Dhakal (45), seorang guru negeri, mengatakan dia sendiri pernah turun ke jalan dalam protes guru menentang RUU pendidikan, tapi tak ada hasilnya. “Tapi anak-anak muda ini hanya butuh sehari untuk mengubah segalanya.”

Harapan Baru untuk Nepal

Subash mengaku bangga. “Saya tidak menyesal sedikit pun. Ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk semua orang—keluarga, teman, seluruh negeri. Rasa sakit ini hanya sementara, tapi perubahan yang kami perjuangkan akan bertahan lama.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *