Latar Belakang dan Perjalanan Awal
https://frenchysymphony.com/ Nicolás Maduro Moros, lahir pada 23 November 1962 di Caracas, berasal dari keluarga kelas pekerja.
Ayahnya merupakan seorang pemimpin serikat buruh, dan dari sinilah akar ideologisnya bermula.
Maduro memulai kiprah politiknya bukan dari dunia akademik, melainkan sebagai sopir bus di layanan Metro Caracas.
Ia kemudian aktif dalam organisasi buruh dan menjadi ketua serikat pekerja transportasi.
Langkah Menuju Politik Nasional
Kiprah Maduro dalam dunia politik semakin menonjol saat ia mendukung pembebasan Hugo Chávez pada 1992 setelah kudeta gagal.
Ia sempat menghabiskan waktu satu tahun di Kuba untuk mendalami ilmu politik, sebelum pulang ke Venezuela dan mulai menapaki karier dalam parlemen dan pemerintahan.
Maduro menjadi anggota Majelis Konstituante pada 1999, kemudian menjabat sebagai Ketua Parlemen pada 2005.
Pada tahun 2006, ia diangkat sebagai Menteri Luar Negeri dan menjabat hingga 2012.
Tahun berikutnya, ia menjadi Wakil Presiden, dan setelah wafatnya Hugo Chávez, Maduro terpilih sebagai Presiden Venezuela pada 2013.
Kepemimpinan dan Krisis Nasional
Masa kepemimpinan Maduro diwarnai krisis ekonomi yang berkepanjangan: hiperinflasi, kelangkaan kebutuhan pokok, serta anjloknya nilai mata uang bolívar.
Banyak pihak menyalahkan korupsi dan salah kelola pemerintah sebagai penyebab utama.
Meskipun pemilu 2018 dan 2024 kembali dimenangkannya, banyak pihak internasional—termasuk Amerika Serikat—menyatakan proses tersebut penuh kecurangan dan tidak demokratis.
Pada tahun 2019, tokoh oposisi Juan Guaidó sempat mengklaim diri sebagai Presiden sementara, namun Maduro tetap bertahan di tampuk kekuasaan hingga kini.
Dikejar AS dengan Hadiah Rp820 Triliun
Pada Maret 2020, pemerintahan Presiden AS saat itu, Donald Trump, menuduh Maduro sebagai pemimpin sindikat narkoba internasional dan mengeluarkan tuduhan “narco-terrorism.”
Awalnya, AS menawarkan hadiah USD15 juta bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi untuk menangkap Maduro.
Nilai tersebut meningkat menjadi USD25 juta di era Joe Biden, dan kini mencapai USD50 juta (setara Rp820 triliun) dalam pemerintahan kedua Trump.
Tuduhan Kartel Narkoba Internasional
Maduro diduga memimpin Cartel de los Soles, jaringan narkotika yang menurut Washington bekerja sama dengan kelompok FARC, Tren de Aragua, serta Kartel Sinaloa.
Jaringan ini dituduh menyelundupkan kokain, termasuk yang dicampur fentanyl, ke wilayah Amerika Serikat.
Berdasarkan keterangan dari Departemen Kehakiman dan DEA (Badan Narkotika AS), sekitar 30 ton kokain telah disita, dan hampir 7 ton di antaranya disebut memiliki kaitan langsung dengan Maduro.
Selain itu, AS juga telah menyita aset senilai lebih dari USD700 juta milik tokoh-tokoh terlibat: dari jet pribadi, vila mewah, mobil eksklusif, hingga uang tunai dalam jumlah besar.
Penolakan dan Respons Internasional
Pemerintah Venezuela dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut.
Maduro menyebut tuduhan sebagai propaganda imperialisme Amerika dan upaya untuk menggulingkan pemerintahannya melalui intervensi asing.
“Sama seperti alasan palsu tentang senjata pemusnah massal di Irak, tuduhan terhadap Venezuela ini tidak berdasar,” tegas Maduro dalam pernyataan resminya.
Dukungan juga datang dari Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang mengatakan tidak ada bukti konkret menghubungkan Maduro dengan Kartel Sinaloa.